18 May 2011

Tak Ada Preman, Pengemis dan Pemalak



Sumatera Fam Trip Kinabalu, Sabah Malaysia (2)

Mengawali kunjungan ke Kota Kinabalu, Sabah, rombongan Sumatera Fam Trip langsung diajak Tourism Malaysia mengunjungi Manukan Island Resort, satu dari lima pulau yang dijadikan objek wisata utama di Sabah.

Kota Kinabalu adalah Ibu Kota Sabah, negara bagian bekas jajahan Inggris pada akhir abad ke-18 hingga 19. Posisi kota ini terletak di pantai barat Sabah yang bisa dijangkau 2 sampai 2,5 jam penerbangan dengan pesawat berbiaya murah Firefly dari bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) dan Senai International Airport, Johor Bahru.

Meski baru menjadi kota pada 2 Februari 2000 lalu, tapi daerah yang berada satu pulau dan berbatasan dengan Kalimantan Timur (Indonesia) ini, telah berubah menjadi kota metropolis yang bersih, dan tidak macet. Pusat kotanya tertata rapi.

Arus kendaraan dan aktivitas perekonomian masyarakat tidak menumpuk di satu kawasan saja. Bahkan pada beberapa kawasan, seperti di depan Hotel Hyatt Regency Kinabalu—tempat rombongan Sumatera Fam Trip menginap—parkiran kendaraan pribadi dan taksi dibuat di tengah jalan untuk menghindari macet.
Selain menjadi pusat perdagangan dan industri utama di Sabah, Kota Kinabalu kini juga telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata utama yang tengah gencar dipromosikan Kementerian Pariwisata Malaysia, melalui Tourism Malaysia.

Ini tidak lepas dari telah siapnya infrastruktur penunjang pariwisata, termasuk akses wisatawan menuju kota ini, baik lewat darat (dari Kalimantan dan Serawak), maupun laut dan udara. Apalagi, bandara Kota Kinabalu Internasional Airport (KKIA) bisa didarati pesawat boeing 737-400 dan 737-800.

Wajah Pariwisata di Bandara
Saat sampai di bandara KKIA, penumpang dari dalam dan luar negeri dihadapkan pada suatu gerai yang menyediakan beragam brosur dan leaflet. Berisikan peta, objek wisata, hotel dan restoran serta pusat handycraft yang dibuat Sabah Tourism Board bersama para travel agent setempat.

”Pengunjung boleh ambil, lihat itu (brosur dan leaflet) dan tentukan sendiri ke destinasi wisata mana saja yang mereka suka. Semua objek wisata di sini (Sabah) bagus-bagus,” ujar Ade Nova Zein, Public Relation Tourism Malaysia wilayah Sumatera yang berkedudukan di Medan.

Kondisi berbeda terlihat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Penumpang yang baru datang dari luar negeri langsung masuk ke pintu menuju layanan imigrasi untuk pengecekan paspor, lalu scan barang dan ke luar bandara. Tidak ada gerai atau tempat khusus meletakkan brosur dan leaflet tersedia di pintu masuk utama itu.

Di dalam negeri, mungkin bisa melihat pula apa yang dilakukan pemerintah daerah bersama stakeholders pariwisata tetangga kita, Medan, Sumatera Utara. Meski Bandara Polonia tidak lebih bagus dari BIM dan suhu di ruangan terminal kedatangannya agak panas, tapi tersedia sejumlah tempat penempatan brosur dan leaflet promosi pariwisata. Bahkan, gerai milik travel agent dan hotel tampak berjejer di sisi kanan pintu masuk kedatangan.

Berwisata ke Manukan
Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit dengan bus wisata Borneo dari KKIA, rombongan akhirnya sampai di Hotel Hyatt Regency Kinabalu. Sesuai jadwal yang telah disusun, keesokan paginya, rombongan diajak ke objek wisata Manukan Island. Kalau di Padang, pulau ini mirip Sikuai Island Resort.
Untuk sampai ke pulau Manukan, wisatawan harus menaiki speedboat yang sandar di Pelabuhan Jesselton yang bisa dijangkau beberapa menit dari Hotel Hyatt Regency. Setelah membeli tiket seharga RM17 per orang, wisatawan telah bisa berlayar menuju pulau Manukan dengan waktu tempuh 15 sampai 20 menit.
Manukan merupakan satu dari lima pulau yang berada di kawasan destinasi wisata taman laut Tunku Abdul Rahman. Empat pulau lainnya adalah Pulau Gaya, Pulau Sapi, Pulau Mamutik dan Pulau Sulug. Memiliki luas 20 hektare lebih, Manukan menjadi pulau terbesar setelah Pulau Gaya.

Simon, pemandu dari Sabah Tourism Board menyebutkan, setiap hari ada sekitar 200 sampai 300 orang yang berwisata ke Pulau Manukan. ”Kalau musim liburan panjang, bisa lebih dari 500 orang. Umumnya mereka adalah wisatawan domestik. Dari mancanegara datang dari Australia, Denmark, Singapura dan lainnya,” kata Simon.

Mereka yang datang ke Pulau Manukan, umumnya melakukan aktivitas seperti kebanyakan turis mancanegara berlibur ke Pulau Bali, Indonesia. Selain berjemur di pantai, banyak pula yang memilih berenang, tracking, snorkeling, scuba diving, bermain jet ski, flyfish, parasailing, banana boat. Bagi wisatawan berkelompok, bisa bermain futsal karena tersedia sepakbola mini di sini. ”Sedangkan untuk yang ingin berbulan madu, tersedia beberapa unit cottage di sini untuk bermalam,” ulas Simon.

Bagi anak-anak atau remaja yang tidak bisa berenang, tidak perlu khawatir bermain di pantai karena ada petugas penjaga pantai (life guard) dan disediakan jaket pelampung. Jika tidak membawa peralatan menyelam, tersedia tempat menyewa peralatan olahraga air.

Objek wisata Pulau Manukan, dikelola secara profesional oleh sebuah perusahaan jasa pariwisata di Malaysia. Pantainya bersih. Sampah tak terlihat berserakan di sekitar pantai, karena pengunjung peduli membuangnya ke tong sampah yang disediakan. Wisatawan merasa aman dan nyaman berada di sini, karena tidak ada preman, peminta-minta serta pemeras.

Menurut Deputy Chairman Sabah Tourism Board Dato Sari Suhut menyebutkan, dalam pengembangan kawasan wisata pemerintah hanya sebagai fasilitator, mempersiapkan infrastruktur pendukung destinasi wisata seperti jalan, misalnya. ”Untuk objeknya, siapa yang berminat silakan kembangkan, kita beri berbagai kemudahan. Kalau ada yang mengganggu, kita serahkan ke aparat berwenang,” ujar Dato Sari Suhut pekan lalu di Sabah, Malaysia. (bersambung)

No comments: