18 May 2011

Benahi Dulu Objek Wisata, Baru Promosi


Sumatera Fam Trip Kinabalu, Sabah Malaysia (1)


Pekan lalu (8-11 Mei), Harian Pagi Padang Ekspres dan Zanzi Tour & Travel Padang, dipilih Tourism Malaysia sebagai media dan travel agent di Sumatera Barat yang berkesempatan mengikuti perjalanan wisata ke Kota Kinabalu, ibu kota negara bagian Sabah, Malaysia. Bagaimana pengelolaan objek wisata di sana dan upaya yang dilakukan Malaysia untuk menarik wisatawan?

INDONESIA pasar terbesar kedua pariwisata Malaysia, setelah Singapura. Tahun 2010 lalu saja, kunjungan wisatawan dari Indonesia sebanyak 2,5 juta orang lebih, sedangkan Singapura menembus angka 15 juta.

Tingkat kunjungan dihitung pemerintah setempat melibatkan pihak imigrasi, berdasarkan jumlah orang yang berkunjung lebih dari 24 jam di Malaysia. Selain berlibur, Malaysia banyak dikunjungi wisatawan untuk berobat karena biayanya lebih murah dan layanannya dinilai sangat baik.

Tahun ini, pemerintah Malaysia menargetkan kunjungan dari Indonesia naik 200 ribu orang, dari 2,5 juta menjadi 2,7 juta. Lebih dua kali lipat dari target kunjungan wisatawan Malaysia ke Indonesia yang ditetapkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI yang hanya 1 juta lebih.

Selain kedekatan wilayah, prospek perekonomian Indonesia diprediksikan sangat baik dan menjanjikan, dibandingkan negara-negara di Eropa. Destinasi wisata dipromosikan lebih awal, bulan Mei ini, karena pada Juni nanti musim liburan panjang pelajar di Indonesia.

”Promosi lebih awal kita lakukan, untuk menanamkan ke pikiran masyarakat Indonesia, bahwa masih banyak destinasi wisata kekayaan alam dan warisan budaya yang bagus dikunjungi di Malaysia selain yang telah mereka kenal selama ini,” tandas Suhaimi Abu Hassan, Direktur Tourism Malaysia untuk wilayah Sumatera yang berkedudukan di Medan.

Berbagai upaya dilakukan negeri jiran itu agar dapat menarik wisatawan dan meraup devisa sebanyak-banyaknya. Tidak hanya perseorangan dan keluarga yang menjadi target, tapi juga komunitas potensial yang anggotanya sangat banyak.

Dalam promosi, hal utama yang dianggap penting oleh pemerintah Malaysia adalah gencar mengenalkan objek wisata ke jurnalis dan travel agent di daerah target mereka terlebih dahulu. Untuk Indonesia, Sumatera menjadi fokus utama promosi pariwisatanya tahun ini. Wisatawan dari Sumatera merupakan penyumbang terbesar kunjungan dari Indonesia ke Malaysia. Saat ini saja, setiap hari ada 8 maskapai penerbangan melayani lebih dari 15 kali penerbangan menuju Malaysia.

Karena itu, pekan lalu, 10 jurnalis dari media terkemuka dan 12 travel agent di Sumatera dibawa ke destinasi wisata yang menjadi fokus utama promosi yakni Manukan Island dan Mari Mari Cultural Village, di Kota Kinabalu, Sabah. ”Kalau untuk objek wisata Malaysia seperti Langkawi, sudah biasa dan wisatawan mancanegara telah banyak tahu. Maka tahun ini, kita fokus promosi ke negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan ke Kinabalu, Sabah,” ujar Suhaimi Abu Hassan.

Dengan diajaknya media dan travel agent, mereka berharap sekembalinya ke daerah masing-masing, media bisa mengekspos keunggulan objek yang dikunjungi. Sedangkan travel agent, ”dapat tugas” membuat dan menjual paket ke objek-objek wisata yang sedang gencar-gencarnya dipromosikan di Malaysia.
Untuk mengajak media dan travel agent ini, Kementerian Pariwisata Malaysia melalui Tourism Malaysia, sebuah lembaga yang betugas memasarkan pariwisata Malaysia, bekerja sama dengan stakeholders (pemangku kepentingan) pariwisata seperti maskapai penerbangan, perhotelan dan pengelola objek wisata.

Semua layanan penerbangan, perhotelan, dan bea masuk objek wisata disediakan stakeholders. Mereka berharap setelah promosi ini, banyak kunjungan wisatawan yang datang dari Sumatera dan tentu saja mereka yang mendapatkan keuntungannya. Misalnya penerbangan, Tourism Malaysia menggandeng maskapai Firefly untuk menjangkau rute objek-objek yang akan dikunjungi. Sedangkan hotel bekerja sama dengan Hyatt Regency Kinabalu dan Seri Pasific Hotel Kuala Lumpur. ”Jika diuangkan, nilai dari semua layanan itu mencapai 100 ribu ringgit (sekitar Rp295 juta),” ujar Suhaimi Abu Hassan didampingi Ade Nova Zein, Public Relation Tourism Malaysia di Medan.

Begitulah pola promosi pariwisata yang dilakukan Malaysia. Jika semua elemen terkait di sektor pariwisata dilibatkan, ternyata tidak begitu besar modal yang disiapkan untuk menarik orang sehingga mengetahui dan mengunjungi objek wisata yang dipromosikan. ”Dalam promosi wisata, tidak cukup hanya satu pihak pemerintah saja yang bekerja. Semua pihak harus terlibat seperti maskapai, perhotelan dan pengelola objek wisata serta masyarakatnya. Sebab, jika pariwisata maju, tentu saja dampak ekonominya akan dirasakan semuanya,” ujar Suhaimi.

Sebelum itu dilakukan, pemerintah Malaysia bersama stakeholders-nya memastikan semua infrastruktur objek-objek wisata yang akan dikunjungi telah siap untuk didatangi wisatawan. Begitu pula dengan maskapai penerbangan dan hotel, sehingga ketika promosi telah dilakukan dan wisatawan datang, semua kebutuhan wisatawan tersedia dan layanan yang diberikan tidak mengecewakan.

Untuk penerbangan, karena targetnya Sumatera, maka pihak maskapai dari Malaysia yakni Firefly telah membuka rute dari Aceh, Medan dan Pekanbaru ke Bandara Skypark Subang dan Penang International Airport, untuk kemudian terbang dari Kuala Lumpur Internatioanl Airport (KLIA) ke Bandara Internasional Kinabalu, Sabah. ”Kita akan beri diskon khusus jika ada travel agent dalam rombongan (Fam Trip Kinabalu) ini bisa membawa wisatawan ke Sabah,” ujar Herjanto Widjaja, Sales Manager Firefly area Sumatera.

Dari Padang, juga telah tersedia maskapai AirAsia yang terbang dua kali sehari dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ke bandara LCCT Kuala Lumpur, menyusul Firefly yang menyatakan bakal kembali melayani rute Padang-Subang dengan pesawat jet 737-400.

Pola yang diterapkan Malaysia tersebut berbanding terbalik dengan yang diterapkan banyak daerah di Indonesia, yang justru lebih sering memberangkatkan pejabatnya ke luar negeri, dengan alasan promosi wisata daerah. Akibatnya, anggaran APBD terkuras, objek wisata yang akan dipromosikan itu pun ternyata belum dibenahi. (bersambung)

No comments: