Tubuh Nenek di Kamar, Darah Tercecer di Halaman
Belum hilang dalam ingatan masyarakat kasus pembunuhan Kepala Kantor Pos Matur, Kabupaten Agam, Deki Erizon oleh anaknya buahnya Arif Hidayat, kemarin (16/2), pembunuhan sadis kembali mengguncang Sumatera Barat. Kali ini, pembunuhan bermotif perampokan terjadi di Payakumbuh. Seorang perempuan tua dibantai di dalam kamar rumahnya.
Nenek itu bernama Daniwar alias Upiak Bijak, 72, warga RT 3/RW 2, Kelurahan Sungaidurian, Kecamatan Lamposi Tigo Nagari.
Persisnya di samping Mushala Nurul Iman atau Surau Patai. Saat ditemukan anaknya Mardewita alias Dewi, 40, kondisi Upiak Bijak yang sehari-hari berjualan minuman sangat mengenaskan. Tubuhnya ditutupi selimut. Saat selimut dibuka, telinga kirinya remuk bekas dihantam benda tumpul. Mata dan bibirnya lebam. Darah tidak henti-henti mengalir dari telinga.
Anehnya, darah yang mengalir dari tubuh Upiak Bijak, tidak hanya memenuhi tempat tidur kamarnya. Tapi, juga tercecer di halaman rumah perempuan beranak 5 dengan 12 cucu tersebut. Di halaman rumah Upiak Bijak, selain ditumbuhi pohon rambutan, kaktus, jeruk nipis, dan bunga, juga ada dua bangunan dari kayu. Bangunan di bagian kiri dijadikan warung minuman.
Wakapolres Payakumbuh Kompol H Asmar Yunus WSD didampingi Kapolsekta Payakumbuh Kompol Efrizal dan Kasat Reskrim AKP Jefrizal Jarun, memastikan Upiak Bijak korban pembunuhan. ”Kita menduga Upiak Bijak korban perampokan. Sebab, perhiasannya sebanyak 30 emas atau senilai Rp30 juta dan uang jutaan rupiah hilang. Adapun pelaku masih diselidiki tim gabungan Polsekta dan Polres,” ujar Kompol H Asmar Yunus, saat memimpin olah tempat kejadian peristiwa (TKP).
Proses olah TKP dibanjiri ribuan masyarakat. Polisi sempat meminta keterangan kepada Dewi, putri ketiga Upiak Bijak. Dari Dewi yang sehari-sehari bekerja sebagai pedagang, polisi mengetahui bahwa pada malam sebelum pembunuhan, di dalam rumah terdapat 3 orang penghuni.
Selain Upiak Bijak dan Dewi, ada pula seorang remaja bernama Detra Wiranda, 15. Siswa MTSN Koto Nan Ompek Payakumbuh ini, merupakan anak kandung Dewi atau cucu Upiak Bijak. Pada malam sebelum tewas, Upiak Bijak seperti biasa, tidur di kamar yang dibangun di paviliun rumahnya. Kamar Upiak Bijak berjarak sekitar 2 meter dari pintu masuk rumah. Kamar yang hanya ditutupi gorden tersebut, letaknya berada di bagian kanan dari pintu masuk. Sedangkan di bagian kiri dari pintu masuk, ada pintu untuk menuju sebuah ruangan yang cukup panjang dan lebar.
Adapun ruangan panjang dan lebar tersebut, selain berfungsi sebagai tempat istirahat dan kumpul keluarga, terdapat pula dua buah kamar di dalamnya. Salah satu kamar ditempati Dewi. Pada malam kejadian, Dewi tidur di kamar tersebut. Sedangkan putranya Detra Wiranda, tidur di sebuah ruangan di bagian dapur. ”Waktu itu, amak dalam kondisi sehat. Pintu rumah juga dalam keadaan terkunci,” ujar Dewi.
Tidur Dewi pada malam kejadian, cukup pulas. Begitupula dengan tidur putra Detra. Mereka mengaku tidak mendengar suara aneh atau gemersik pintu dibuka paksa. Dewi baru tahu ibunya meninggal, saat hendak menunaikan Shalat Subuh. Dewi melihat pintu masuk rumahnya terbuka. Dia menduga ibunya sudah duluan mengambil air wudhu. Tidak lama kemudian, Dewi mencoba mengintip ke kamar ibunya. ”Saya merasa kaget saja, kok ibu seperti bagalumun (menutup seluruh tubuh) dengan selimut. Biasanya, ibu tidur tidak suka pakai selimut. Saya buka selimut itu, ternyata sang ibu sudah berdarah-darah,” ujar Dewi kepada polisi.
Melihat ibu tercinta bersimbah darah, Dewi langsung berlari ke luar rumah dan meminta tolong. Seorang bidan di Sungaidurian yang datang beberapa waktu kemudian memastikan, bahwa Upiak Bijak sudah tidak bernyawa. Keluarga diharapkan menunggu pihak kepolisian dan tidak mengacak-ngacak ruangan. Paginya, polisi ke lokasi kejadian. Dari hasil olah TKP, polisi menemukan banyak fakta mengejutkan. Seperti jenazah Upiak Bijak di dalam kamar, sementara darahnya tercecer di halaman. Polisi juga mendapati pintu belakang rumah, ditopang dari luar dengan menggunakan kayu.
Polisi juga menduga Upiak Bijak dihabisi saat sedang mengambil wudhu di keran depan rumahnya. Setelah dihabisi, tubuh Upiak yang diduga sudah tidak bernyawa, digotong kembali ke dalam kamar. Selanjutnya, baru pelaku kabur meninggalkan lokasi kejadian. Soal kemana pelaku perampokan dan pembunuhan Upiak Bijak kabur, masih misteri. Saat jenazah Upiak Bijak disemayamkan di rumahnya setelah diperiksa di RSUD Adnan WD, warga Sungaidurian menemukan dua pasang kaus kaki. Salah satunya, berwarna merah dan penuh darah.
Sepasang kaos kaki yang diperkirkan milik cucu Upiak Bijak itu, ditemukan di jalan menuju Mushala Istiwamah atau Surau Rambai. Jarak dengan rumah Upiak Bijak, sekitar 500 meter. Di jalan menuju surau itu, ada banyak kuburan dan serumpun. Semua tempat, sudah diacak-acak polisi, kemarin siang. Selain itu, di dalam Surau Jambi, beberapa tikar shalat didapati bersimbah darah. Saat jenazah Upiak Bijak dishalatkan di mushala, para pelayat kaget dengan bercak darah yang juga nampak di lantai surau.
Jenazah Upiak Bijak sendiri, sudah dimakamkan pihak keluarga di Surau Tanjuang, sekitar 600 meter dari rumah duka. Sebelum dimakamkan, Wawako Payakumbuh Syamsul Bahri, anggota DPRD YB Dt Parmato Alam, Camat Lampasi Tigo Nagari Mardius, dan tokoh masyarakat Z Dt Tuluh nampak datang melayat.
Upiak Bijak sehari-hari memiliki warung kopi kecil-kecilan di rumahnya. Bahkan, sampai pukul 22.00 WIB, tokonya masih buka. Walaupun sudah nenek-nenek, Upiak Bijak masih lincah melayani warga yang minta kopi panas, dan ketan goreng. Pada hari itu, warga pun melihat korban masih sempat membimbing cucunya belajar menjahit dan menyulam. (frv/ztl)
No comments:
Post a Comment