30 December 2011

BI: Bunga Tinggi, Pindah Bank Saja...

Pengamat Sebut Perbankan Peras Pengusaha

Iklim usaha tahun depan diperkirakan sangat cerah. Namun sayang, masih ada ganjalan serius yang menghadang laju pengusaha untuk berkembang. Yaitu, tingginya bunga kredit bank.

Ketua Lembaga Pengkajian, Pe­ne­litian dan Pengembangan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Didik J Rach­bini mengatakan, kendati Indo­ne­sia mengantongi investment grade, tetapi perma­salahan suku bunga yang menjadi batu sandu­ngan dunia usaha.

“Perbankan memeras pengu­saha. Coba saja ditukar posisinya. Gubernur BI jadi Ketua Umum Kadin dan Ketua Umum Kadin jadi Gubernur BI. Biar mereka bisa mera­sakan hambatan dunia usaha,” terangnya.

Pernyataan Didik ini sejalan dengan harapan Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto. Menurut SBS, sapaan Bambang, optimisme tersebut bisa tereali­sasi asalkan ada keber­pi­hakan kebijakan pemerintah. Mi­salnya, menurunkan bunga kredit yang sebelumnya 14 persen men­jadi single digit.

“2012 merupakan tahun yang penuh dengan iklim mengun­tung­kan. Namun masih ada ma­salah internal berupa kebijakan fiskal. Saya harap suku bunga bi­sa turun menjadi 8 persen atau di ba­wah itu,” pinta SBS di acara Cata­tan Akhir Tahun Menyong­song 2012 di Jakarta, Rabu (28/12).

SBS menuturkan, tingginya tingkat suku bunga menjadi fak­tor utama lemahnya daya saing industri nasional. Suku bunga Indonesia kalah kompetitif de­ngan Malaysia yang hanya 3 persen dan Filipina 4 persen.

“Kebijakan suku bunga Bank Indonesia masih sangat konser­vatif, kaku, sehingga tidak bisa mengikuti perkembangan suku bunga regional dan global yang sudah turun drastis,” kritiknya.

Menanggapi keluhan bos Ka­din, Kepala Biro Humas BI Difi Johansyah mengaku sudah meng­imbau perbankan nasional untuk mencantumkan penurunan ting­kat suku bunga pinjaman pada Ren­­cana Bisnis Bank (RBB). Namun untuk mencapai penu­runan hingga 8 persen, tergan­tung kondi­si masing-masing bank.

“Perbankan yang sudah efi­sien mungkin siap ke arah sana (suku bunga jadi 8 persen). Pe­ngusaha se­baiknya pindah saja ke bank yang lebih efisien da­ripada ber­tahan di bank yang bunganya tinggi,” saran Difi saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.

SBS menyatakan, faktor ke­bijakan suku bunga yang tinggi menga­kibatkan dunia usaha, khu­susnya usaha kecil menengah (UKM) belum bisa menikmati per­baikan kondisi eksternal pa­sar keuangan yang baik saat ini.

“Intinya, kami berharap kebi­jakan fiskal dan moneter bisa le­bih baik. Hal itu penting supaya dunia usaha terangsang dan turut menopang pertumbuhan pereko­nomian nasional,” harapnya.

Pengamat ekonomi Aviliani me­ngatakan, pihak bank dalam memberikan pinjaman memiliki beberapa pertimbangan. Salah sa­­tunya adalah tentang profil risiko bisnis.

Menurut Aviliani, hingga saat ini pemerintah belum mempu­nyai profil risiko bisnis untuk masing-masing bidang usaha. Hal itu membuat pihak bank ha­rus mem­buat sendiri profil risiko bisnis tersebut.

“Tidak bisa dipukul rata untuk semua jenis usaha. Pinjaman bank biasanya tergantung dari profil risiko bisnisnya. Seperti misalnya semakin kecil risiko bisnisnya, bank akan berlomba-lomba mem­berikan kredit,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Terkait predikat investment grade yang diraih Indonesia, Avi­liani mengatakan, pengusaha In­donesia bisa memanfaatkannya dengan aktif di pasar modal. Ia juga menyarankan perusahaan-perusahaan segera go public.

“Daripada terlalu meributkan suku bunga kredit bank, lebih baik para pengusaha mencari cara lain untuk investasi, seperti me­nerbitkan obligasi dan lain­nya. Apalagi ditambah status in­vest­ment grade saat ini,” ujar Komi­sa­ris Independen BRI itu.

Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Per­banas) Sigit Pramono menga­ta­kan, perbankan telah menu­run­­kan bunga kredit hingga saat ini paling rendah di level 8 persen.

Kalau kita lihat secara ove­rall, kata Sigit, bank memberikan kre­dit yang predikatnya bagus sudah 8-9 persen. “Tapi tidak bisa se­lu­ruh­nya seperti itu karena mem­per­hitung­kan risiko juga,” cetus Sigit.

Sumber: Rakyat Merdeka

No comments: