01 October 2011

Anas Peringati Dua Tahun Gempa di Padang



Jadikan Spirit Membangun Sumatera Barat
 
Dahsyatnya gempa 7,9 SR yang mengguncang Sumbar dua tahun silam seketika menyeruak. Rona kesedihan memancar pada saat detik-detik peringatan dua tahun gempa Sumbar di Padang dan Padangpariaman, dua daerah terparah diguncang gempa pada 30 September 2009.

Suasana mengharu biru tatkala Qurata Ayuna, 15, dengan kursi roda menghadiri peringatan dua tahun gempa di Monumen Gempa, Jalan Gereja, Taman Melati, Jumat (30/9). Siswi SMPN 8 Padang itu melempar senyum ketika Wali Kota Padang Fauzi Bahar datang menghampirinya. Dia tampak ingin menunjukkan pada dunia bahwa orang Sumbar bermental baja meski babak belur dihoyak gempa dua tahun silam.

Ketegaran Qurata mengundang haru warga Padang yang menghadiri detik-detik peringatan gempa 30 September, pukul 17.16 WIB. Melihat ketegaran Qurata, membuat warga Padang yang hadir dalam peringatan itu, tak kuasa menahan linangan air mata.

Qurata adalah salah satu siswa yang tertimbun di reruntuhan gedung lembaga bimbingan belajar Gama, Jalan Proklamasi, Padang. Gadis belia ini selamat, tapi kakinya terpaksa diamputasi sehingga harus memakai kursi roda.
Di Padangpariaman, kesedihan pecah ketika zikir bersama dihadiri ratusan warga bertempat di lokasi penampungan korban gempa Lubuak Laweh, satu dari tiga korong (dusun) yang tertimbun longsor usai gempa 30 September.

Jangan Terus Larut
Gempa besar itu telah merenggut ribuan nyawa dan memporakporandakan ratusan ribu tempat tinggal. Tapi, bukan berarti masyarakat terus menerus larut dalam kesedihan. Masyarakat harus bergerak menatap masa depan lebih baik dengan penuh semangat, dan optimistis serta memacu pertumbuhan ekonomi.

Seruan itu disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang hadir dalam peringatan dua tahun gempa di Taman Melati. Mengenang peristiwa gempa dua tahun silam bukan berarti melestarikan rasa duka, bukan merawat kesedihan dan bukan pula belajar menjadi manusia cengeng.

”Tapi mari kita petik dan ambil hikmahnya, agar kita dapat belajar dari peristiwa tersebut dan dapat menjalankan kehidupan dengan rasa optimis,” ujar Anas Urbaningrum didampingi putra Presiden SBY yang juga Sekjen Demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono tersebut. Anas menyebutkan, proses recovery (pemulihan) Padang harus terus dilanjutkan.

Anas memuji pembangunan Padang dalam kunjungannya selama dua hari di ibu kota Sumbar ini. Pembangunan tampak menggeliat. ”Dua tahun silam rumah peduduk banyak yang runtuh, ruko-ruko, supermarket dan perkantoran. Sekarang semua sudah berubah dengan bangunan baru,” puji  mantan Ketua Umum PB HMI, itu memberi semangat.



Data Pusdalops PB Sumbar, hingga tutup masa tanggap darurat 31 Oktober 2009, tercatat total korban tewas pasca gempa 7,9 SR sebanyak 1.195 orang. Korban tewas terbanyak di Kabupaten Padang-pariaman dengan jumlah 666 orang, disusul Kota Padang 383 orang, Kabupaten Agam 81 orang, Kota Pariaman 48 orang, Kabupaten Pesisir Selatan 9 orang dan Pasaman Barat 5 orang.



Korban luka berat 619 orang, luka ringan 1.179 orang dan mengungsi sebanyak 6.554 orang. Sedangkan yang hilang sebanyak 2 orang di Kota Padang dan 192 orang hilang dan tertimbun di tiga korong (dusun) di Padangpariaman. Total kerugian material akibat gempa 30 September 2009 diperkirakan mencapai Rp4.8 triliun.

Tetap Waspada
Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim yang juga menghadiri peringatan dua tahun gempa di Padang menyebutkan, kerugian Sumbar mencapai Rp6,3 triliun akibat gempa dua tahun lalu. Meski begitu, mantan Bupati Padangpariaman tersebut mengapresiasi upaya berbagai pihak yang sudah kembali menghidupkan perekonomian Sumbar. 

”Sekarang ini kita tergolong berhasil menangani bencana. Jadi yang perlu kita lakukan adalah tetap waspada, bersahabat dengan gempa. Mari kita tuntaskan bengkalai yang tersisa hingga 2013,” ujarnya yang ikut meletakkan karangan bunga di Monumen Gempa.

Bersahabat itu, berarti waspada menyiapkan diri menghadapi bencana. Seperti mendirikan bangunan dengan standar yang sudah ditetapkan pemerintah. Pemerintah sendiri, kata dia, telah membangun shelter-shelter yang ditempatkan di sejumlah titik yang jumlah penduduknya padat. Seperti untuk Pasar Raya, Wali Kota Padang Fauzi Bahar merencanakan pasar dibangun langsung dengan menyediakan shelter.  ”Jadi radius satu kilometer dari pusat kota, berlindungnya di shelter-shelter yang dibangun di Pasar Raya,” timpal Fauzi.

Sebagai penangkal bala, Fauzi mengajak warga kota bersama-sama memberantas perilaku maksiat. Sebab, katanya, bencana datang tidak lepas dari perilaku masyakarat yang melalaikan agama dan budaya. ”Musibah gempa lalu, yang merenggut saudara-saudara kita adalah peringatan kecil dari Allah agar kita selalu ingat kepada-Nya,” kata Fauzi.

Tunggu Kepastian
Sedangkan di Padangpariaman, pemerintah setempat masih menggantungkan nasib sekitar 300 masyarakat yang rumahnya tertimbun longsor di tiga korong kepada Pemprov Sumbar. Sebagaimana diketahui, beberapa jam setelah gempa 7,9 SR, tiga korong di Padangpariaman, yakni Lubuk Laweh, Pulau Kotaair, dan Cumanak longsor dan menimbun ratusan warga. Hingga kini 192 orang masih hilang.

Wakil Bupati Padangpariaman Damsuar menyebutkan, pihaknya masih menunggu kepastian relokasi korban longsor di tiga korong itu dari pemprov, termasuk soal waktu dan lokasinya. ”Saat ini, kita masih menunggu kepastian rencana relokasi tersebut,” ungkap Damsuar di sela sela zikir akbar memperingati dua tahun gempa di Korong Jajaran Lubuak Laweh Tandikek Utara, kemarin.

”Warga yang tinggal di zona merah tidak dibolehkan lagi menempati atau mendirikan bangunan tempat tinggal di sekitar kawasan itu. Ketentuan itu bakal diatur pula dalam bentuk peraturan daerah (perda),” terangnya.

Sekalipun sebagian besar pemukiman penduduk yang rusak akibat musibah gempa lalu berhasil dibangun kembali, tapi tetap saja proses recovery psikologi masyarakat perlu terus mendapat perhatian hingga tidak lagi larut dalam musibah yang terjadi. “Maka itulah kegiatan zikir bersama ini kita gelar di sekitar lokasi longsor akibat gempa lalu, mudah-mudahan bisa semakin memperteguh keimanan masyarakat, terutama dalam menyikapi musibah yang terjadi,” katanya. (mg8/ris)





In English (Translate Google):



Anas Marks Two Years of Earthquake in Padang



Make Spirit Build West Sumatra


Enormity of the 7.9-magnitude quake that rocked Sumatra two years ago instantaneous burst. Hue radiates sadness at the moment the second anniversary of the earthquake in Padang in West Sumatra and Padangpariaman, two areas hardest hit by the earthquake on September 30, 2009.



Blue confuse atmosphere when Qurata Ayuna, 15, in a wheelchair to attend the second anniversary of the earthquake in Earthquake Monument, Church Street, Jasmine Garden, Friday (30 / 9). SMPN 8 Padang's smile when the mayor of Padang Fauzi Bahar came up to him. He seemed to want to show the world that the people of West Sumatra although mentally battered steel dihoyak earthquake two years ago.



Incredulity Qurata emotion invite citizens to attend Padang seconds of an earthquake warning 30 September, at 17:16 pm. Seeing Qurata obstinacy, making Padang residents who attended the memorial, was unable to restrain tears.



Qurata is one of the students who are buried in the rubble of the tutoring agency Gama, Jalan Proclamation, Padang. This young girl survived, but his leg amputated so that a wheelchair.



In Padangpariaman, grief broke out when the joint remembrance attended by hundreds of residents housed in shelters earthquake victims Lubuak Laweh, one of three surroundings (village) are buried by landslides after the earthquake 30 September.



Do not Keep Soluble



Major earthquake that has claimed thousands of lives and devastated hundreds of thousands homeless. But, that does not mean people constantly lost in grief. Society must move better face the future with enthusiasm, and optimism as well as spur economic growth.



The call was delivered by Democratic Party Chairman Anas Urbaningrum who attended the second anniversary of the earthquake in Taman Melati. Commemorate the earthquake two years ago does not mean preserving the sense of grief, not sorrow nor care to learn to be human crybaby.



"But let us pick and grab the silver lining, so that we can learn from these events and can run life with optimism," said Anas Urbaningrum accompanied the President's son who is also Secretary General of the Democratic Edhi Baskoro Yudhoyono. Anas said, the process of recovery (recovery) Padang should be continued.



Anas Padang praised the development of a two-day visit in this capital of West Sumatra. Development looks stretched. "Two years ago peduduk many homes on the decline, shophouses, supermarkets and offices. Now all has changed with the new building, "said former Chairman of the PB HMI, it will be uplifting.



Data Pusdalops PB West Sumatera, to close the emergency response period October 31, 2009, the total death toll was recorded after 7.9-magnitude earthquake of 1195 people. The death toll was highest in the district of Padang-Pariaman by the number of 666 people, 383 people followed the city of Padang, Agam regency 81 people, 48 people Pariaman, South Coastal District and West Pasaman 9 people 5 people.



Victims of 619 people were seriously injured, slightly injured 1179 people and displaced as many as 6554 people. While that is missing as many as 2 people in Padang city and 192 people missing and buried in three surroundings (village) in Padangpariaman. The total material loss caused by the earthquake 30 September 2009 is estimated to reach Rp4.8 trillion.



Stay Alert



Vice Governor of West Sumatra Muslim eunuch who also attended the second anniversary of the earthquake in Padang mention, the loss of West Sumatra Rp6, 3 trillion by the earthquake two years ago. Even so, the former Regent Padangpariaman appreciate the efforts of various parties that have been re-turn the economy of West Sumatra.



"Right now we are quite successful in handling the disaster. So we need to do is stay alert, friendly with the earthquake. Let us finish off the remaining abandoned until 2013, "he said involved the laying of wreaths at the Earthquake Monument.



Friendly's, then prepare for a disaster alert. As building standards already set by the government. The government itself, he said, has built a shelter-shelter at some point placed a number of densely populated. As for Market Raya, Padang Mayor Fauzi Bahar market plan is built directly by providing shelter. "So the radius of one kilometer from the city center, refuge in the shelter-shelter that was built in the Kingdom market," said Fauzi.



As against misfortunes, Fauzi invites townspeople together to eradicate immoral behavior. Because, he says, the disaster did not come loose from the behavior of society who neglect religion and culture. "The accident last earthquake, which claimed our brethren is a small reminder from God that we always remember Him," said Fauzi.



Wait Certainty



While in Padangpariaman, local governments still rely fate of some 300 people whose homes were buried by landslides in three surroundings to the West Sumatra provincial government. As is known, several hours after the 7.9-magnitude quake, three in Padangpariaman surroundings, namely Lubuk Laweh, Kotaair Island, and Cumanak landslides and stockpiling hundreds of residents. Until now 192 people still missing.



Vice Regent Padangpariaman Damsuar said, it is still waiting for the certainty of the relocation of three victims of landslides in the surroundings of the provincial government, including the question of time and location. "Currently, we are still waiting for the certainty of the relocation plan," said Damsuar on the sidelines of remembrance to commemorate the two-year grand surroundings of the earthquake in Northern Tandikek Laweh Lubuak Line, yesterday.



"Residents living in the red zone no longer allowed to occupy or establish residential buildings in the surrounding area. The provision would also arranged in the form of local regulation (perda), "he explained.



Although most of the settlements damaged by the earthquake and then managed to be rebuilt, but still the psychological recovery process in the community needs to continue to receive attention until no longer soluble in the calamity that occurs. "So that's remembrance activities along these degrees around us by the earthquake and landslide locations, hopefully we can further strengthen the community of faith, especially in responding to disasters that occur," he said. (Mg8/ris)

No comments: