Polisi memang telah membekuk enam dari depalan perampok tiga Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Kampus I Universitas Bung Hatta (UBH), Padang, Sabtu (25/9). Namun, aparat berbaju cokelat ini masih harus bekerja keras. Paling tidak, untuk menangkap dua perampok yang masih berkeliaran di lereng Gunung Sinaggalang, dan memastikan terkait atau tidaknya kelompok perampok ini dengan jaringan teroris.
"Sementara, kasus ini (perampokan) murni 365 (Pasal 365 KUH Pidana: Pencurian dengan kekerasan)," kata Kapolda Sumbar Brigjend (Pol) Andayono, ketika jumpa pers di Mapolda Sumbar, Senin (27/9/2010).
Penegasan Kapolda ini memang didukung oleh keterangan salah seorang perampok, Ihsan atau M Ihsan Gapar yang sudah diinterogasi di Mapolresta Padang. Menurut Ihsan, kelompoknya tak tahu-menahu dengan jaringan teroris. Mereka merampok hanya untuk kebutuhan kelompoknya.
Walau begitu, keterangan M Ihsan belum didukung data kuat. Misalnya, bagaimana terbentuknya kelompok ini yang tinggal berpencar di sejumlah daerah di Sumatera Selain itu, dari mana mereka mendapatkan senjata asli tersebut.
Untuk mengungkap bagaimana terbentuknya jaringan ini, Polda Sumbar masih harus menunggu hasil pemeriksaan alat komunikasi berupa telepon seluler yang digunakan perampok, oleh Densus 88 Mabes Polri. Sementara soal senjata, Polda baru menganalisis jenisnya, namun belum bisa mengungkap siapa pemasok senjata ke perampok tersebut.
Di depan wartawan, Kapolda Andayono hanya memastikan, tiga pistol (dua Baretta, satu FN) yang ditemukan itu bukanlah buatan PT Pindad, Perusahaan Negara yang memproduksi perlengkapan senjata Polri dan TNI. Kapolda menyatakan, tiga senjata perampok yang berhasil disita polisi itu, adalah senjata lama yang biasa dipakai di daerah konflik.
"Senjata api jenis Baretta itu biasanya dipakai di Negara Fhilipina dan Thailand. Dan pistol merek browning jenis FN itu adalah buatan Belgia. Senjata itu tidak dipakai oleh Polri dan TNI. Senjata ini biasa digunakan di daerah konflik, bahkan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) juga pernah menggunakannya," jelas Andayono.
Andayono menyebutkan, polisi masih berusaha keras untuk memastikan siapa pemilik atau pemasok senjata ke perampok tersebut. Dugaan sementara polisi, senjata itu didapat perampok secara ilegal yang dipasok dari luar negeri. "Saat ini senjata ilegal mudah masuk ke Indonesia, biasanya senjata dari luar negeri itu bisa masuk dan beredar di Indonesia memalui perairan dan memasuki pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia. Ada beribu pulau di Indonesia, sehingga sulit bagi aparat mengawasi," ungkap Kapolda.
Menyinggung tujuh pucuk senjata api (tiga pistol, empat larasa panjang) yang diduga masih ditenteng oleh dua perampok, belum bisa dipastikan. "Perampoknya masih dikejar," ujar mantan Wakapolda Kepulauan Riau ini.
Sementara, di lereng Gunung Singgalang, persisnya di kawasan Nagari Pakan Sinayan, Kecamatan Banuhampu, Agam tim gabungan Polda Sumbar masih terus bersiaga. Sebagiannya terus menyisir kawasan tersebut. Sebelumnya, Sabtu (25/9) lalu di kawasan ini denam perampok berhasil dibekuk, setelah kontak senjata sekitar dua jam. Dari enam perampok itu, empat di antaranya tewas. Saat ini yang masih hidup adalah Ihsan dan Khairil. Ihsan telah diperiksa di Mapolresta Padang, sementara Khairil asal Pekanbaru, Riau, masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.
Kapolda hingga kemarin belum bisa memastikan kapan pasukan akan ditarik dari Banuhampu, Agam. Ia hanya menargetkan, dua perampok yang diketahui bernama Iwan dan Rahman cepat dibekuk. "Sampai saat ini anggota masih disiagakan. Kapan pasukan ditarik belum bisa dipastikan, yang jelas tujuan kita mencari dan menangkap pelaku," ungkap Kapolda.
Hanya yang mengkhawatirkan, setelah tiga hari pencarian bisa saja kedua pelaku sudah tidak berada di sekitar lereng gunung tersebut. Ini dikarenakan, Iwan yang saudara Rahmat pemilik rumah yang dijadikan markas perampok di Pariaman, adalah warga Pariaman Timur. "Bisa jadi Iwan mengetahui medan pelarian mereka," ujar Kapolda.
Oleh karena itu, Kapolda menginstruksikan jajarannya menutup semua akses ke luar masuk kawasan tersebut. Warga, untuk sementara, juga diminta menjauh dari lereng Gunung Singgalang. "Warga bisa terancam. Kita menduga, dua pelaku itu membawa senjata api," ulas Kapolda.
Lebih jauh dijelaskan, sampai kemarin pihaknya belum menerima laporan soal keberadaan kedua pelaku, dari anggota yang disiagakan di Banuhampu. Sejauh ini, polisi baru menemukan senjata jenis FN, sepatu, ikat pinggang, dan satu kartu ATM BCA. Istri Rahmat Diamankan.
Di Pariaman, sekitar pukul 13.00 WIB, polisi menangkap Eni Herawati (34), istri Rahmat telah menyerahkan diri ke polisi Sabtu (25/9/2010) lalu sore. Warga Pauh Koto Kaciak, Kecamatan Pariaman Utara, Pariaman itu ditangkap di sekitar toko elektronik, tempat dia bekerja. Bersamaan dengan itu, anggota Polresta Pariaman dan Brimob terus menyisir dan menggeledah rumah Rahmat, yang dijadikan markas perampok tersebut.
Di rumah Rahmat, tim gabungan menemukan karung berisi kain putih yang sudah lusuh tertanam di dalam tanah di bagian dapur. Kasat Brimob AKBP Pradah Pinunjul, yang juga turun ke lokasi menduga, karung itu bekas tempat menyimpan senjata laras panjang. "Tapi, kita tak menemukan senjata," kata Pradah.
Di Mapolresta Pariaman, Eni Herawati membantah ikut dalam aksi perampokan. Ia mengaku memang berada di rumah tersebut saat perampok merencanakan aksi. Tapi dia mengatakan, tak tahu-menahu. Kapolresta Pariaman AKBP Hari Maryadi didampingi Kasat Reskrim AKP Hendri Yahya mengungkapkan, Eni Herawati mengaku menerima uang dari Iwan, saudara Rahmat sebanyak Rp 5 juta.
"Tetapi, Eni Herawati mengaku tidak mengetahui kalau uang yang diberikan Iwan kepadanya itu adalah uang hasil rampok ATM di Kota Padang," kata Hari. Sampai kemarin, polisi terus berjaga-jaga di rumah Rahmat. Polisi menengarai barang-barang terkait perampokan ATM dibuang di sekitar rumah tersebut. (posmetropadang)
sumber: www.padang-today.com
28 September 2010
Senjata Perampok ATM UBH Mirip Senjata GAM
Label:
Hukum
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment