30 September 2010

Longsor di Solok, Stok BBM Habis di Solok Selatan

Ekonomi masyarakat Kabupaten Solok Selatan (Solsel) berpotensi lumpuh. Pasalnya, satu-satunya jalur yang diandalkan Solsel sebagai akses menuju dunia luar sejak dua hari lalu longsor. Sejak itu pula pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) terpaksa stop.

Informasi yang berhasil dihimpun, titik longsor berada di kabupaten tetangga, Nagari Lolo Kecamatan Surian, Kabupaten Solok. Sejak Selasa dini hari (28/9/2010), jalur menuju Muaralabuh itu dalam kondisi rusak berat. Bahu jalan turun ke tebing. Kondisi ini menyebabkan lalu lintas kendaraan menjadi macet. Jalan hanya memungkinkan dilewati oleh mobil ukuran mini bus.

Akibatnya, barang-barang kebutuhan masyarakat yang biasanya dipasok dari Kota Padang distribusinya juga ikut macet. Salah satunya BBM. Pantauan, Rabu (29/9/2010) pukul 14.00 WIB, dua SPBU yang tersebar di Solsel kehabisan stok. Untuk jenis premium, SPBU di Muaralabuh (Kecamatan Sungaipagu) telah habis sejak Selasa (28/9/2010). Sedangkan di SPBU Padangaro (Kecamatan Sangir) stok BBM (solar dan premium) mulai kosong pada Rabu (28/9/2010) sekitar pukul 13.00 WIB. Warga yang ingin membeli BBM ke sana terpaksa balik kanan. Petugas SPBU saat dimintai keterangannya mengatakan, pihaknya belum mendapat konfirmasi tentang kapan tangki bisa kembali datang membawa mensuplai BBM.

"Kita tidak tahu sampai kapan distribusi akan lancar kembali,"kata petugas itu.

Tak hanya perusahaan plat merah yang kehabisan BBM, pedagang ketengan juga ikut-ikutan kehabisan stok. Di sepanjang jalan raya dari kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) hingga Pauhduo, hanya beberapa saja penjual minyak eceran yang masih memajang jeriken kecil di depan rumahnya. Barang langka, harga melambung. Satu jerigen kecil kapasitas satu liter yang biasanya dijual Rp5.500-Rp6.000, mendadak naik menjadi Rp8.000. Namun, ada juga beberapa orang penjual minyak ketengan yang tetap bertahan dengan harga normal, meski stok minyak yang dimilikinya telah menipis.

"Ndak buliah awak memanfaatkan kesempatan takah iko. Manambah susah urang jadinyo,"kata seorang penjual minyak ketengan di Pauhduo.

Secara terpisah, Ujang seorang tukang ojek di kawasan Sungaipagu mengaku terpaksa menghentikan aktivitasnya untuk sementara. Sebab bensin susah dicari, harganya pun tinggi. "Ndak bisa bagarak wak. Kalau bantuak iko taruih baa dapua ka barasok,"keluh Ujang.

Jeritan senada juga disampaikan Hendri, warga Kampungpalak, Sungaipagu. Lelaki tiga anak itu sehari-harinya bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta dengan wilayah tugas di Padangaro, Sangir. Ia juga terpaksa libur karena kesulitan mendapatkan BBM untuk kendaraannya.

Deputi wilayah VI Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat kementrian lingkungan Hidup, Henry Bastaman saat lawatannya ke Solsel, juga terjebak antrian panjang di lokasi longsor. Walau begitu, Henry mengaku sempat bincang-bincang dengan masyarakat setempat.

"Saya sengaja turun dari mobil untuk berdialog dengan masyarakat. Dari penuturan masyarakat di sana, penyebab kerusakan jalan karena lalu lintas truk-truk besar milik perusahaan tambang. Kadang, ketika truk bertonase tinggi itu lewat rumah-rumah begetar seperti ada gempa,"ujar Henry. [nenengsih]

sumber: www.padang-today.com

No comments: