04 October 2011
Marapi Meletus, lalu Gempa Bumi
DUA bencana beruntun terjadi di Sumbar, Minggu (2/10). Pagi sekitar pukul 08.05, Gunung Marapi kembali meletus. Bahkan, catatan Pos Pengamatan Gunung Api Marapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terjadi empat kali letusan dengan ketinggian abu vulkanik hingga 900 meter. Namun, statusnya masih dipertahankan di level waspada yang ditetapkan sejak letusan 3 Agustus 2011.
”Hari ini teramati sudah terjadi 4 kali letusan, salah satunya mencapai ketinggian 900 meter lebih,” ungkap Kepala Pos Pengamatan Kegunungapian Marapi di Bukittinggi, Warseno, kepada Padang Ekspres, Minggu (2/10).
Kendati terjadi letusan dari kawah, tapi tekanannya tidak seperti letusan utama, 3 Agustus lalu yang mencapai ketinggian 1.000 meter.
”Jumlah letusan setiap hari fluktuatif, rata-rata 10 kali letusan. Baik teramati secara langsung (visual) maupun yang tercatat seismograf,” imbuhnya. Dia juga mengingatkan masyarakat sekitar Gunung Marapi tidak mendekati gunung dalam radius 3 kilometer. Masyarakat pun diminta tidak panik, selalu berkoordinasi dengan instansi pemerintah setempat terutama pos pengamatan gunung api.
Ke depan, tambah Warseno, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi, termasuk peningkatan status Marapi. ”Kita lihat aja datanya, kalau memang mendukung untuk peningkatan aktivitas, nanti kita naikkan statusnya dan pasti kita informasikan ke masyarakat,” tukas Warseno.
Pantauan Padang Ekspres, warga sekitar kaki Marapi tidak cemas. Warga lebih yakin dengan tanda-tanda alam di sekitar gunung sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat setempat. Umumnya, mereka tetap beraktivitas seperti biasa, termasuk bertani di lereng Marapi.
Indra, 40, warga Nagari Bukit Batabuah, Kecamatan Canduang mengaku sudah terbiasa dengan letusan disertai semburan abu vulkanik. ”Menurut cerita orang-orangtua kami, jika letusan Marapi sudah membahayakan, hewan gunung, seperti monyet, babi dan lainnya turun ke perkampungan warga. Jika masih sebatas batuk-batuk dengan semburan abu vulkanik, itu sudah biasa terjadi,” terangnya.
Dekat Gempa 2009
Jika pagi Marapi meletus, siang sekitar pukul 13.02, gempa mengguncang. Gempa berkekuatan 4,3 SR itu berpusat di 77 km barat laut Padang dengan kedalaman 10 km, itu dirasakan sebagian warga Padang dan Pariaman.
Kendati berskala kecil, tetap saja masyarakat berhamburan ke luar rumah. Rahmat, 20, warga Aurduri, Padang, terperanjat begitu merasakan getaran gempa di warnet. ”Saya kira, ada yang menggoyang dinding warnet ini, rupanya setelah lihat berita di internet, memang ada gempa,” ujarnya.
Mita, 32, warga Desa Rawang, Pariaman, langsung ke luar rumah begitu gempa. ”Mungkin karena saya lagi duduk, getarannya sangat terasa. Sedangkan kakak saya yang lagi memasak, mengaku tidak merasakan gempa,” ujarnya.
Acun, 42, pedagang emas di kompleks pasar Pariaman, juga tidak merasakan gempa. Hal serupa juga tampak di Pantai Gandoriah, nyaris tidak ada pengunjung merasakan gempa. ”Saya justru tahu gempa dari teman yang kebetulan menelepon dari Padang. Saya sendiri tidak merasakan, mungkin karena sedang asyik bermain ombak,” ujar Esti, 36, warga Tabing, Padang yang sedang berlibur.
Kepala BPBD Kota Pariaman, Asrizal mengimbau warganya tetap waspada. ”Yang penting, siapkan makanan, pakaian dan surat-surat penting dalam satu tas untuk antisipasi,” imbaunya.
Marapi Waspada Plus
Manajer Pusdalops PB Sumbar Ade Edwar menyebutkan, pusat gempa yang mengguncang siang kemarin berada dekat pusat gempa 7,9 SR pada 30 September 2009 silam. Sedangkan Gunung Marapi, diakui Ade aktivitasnya terus meningkat. Jika ditarik garis lurus, posisi gempa kemarin berhadapan langsung dengan gunung api itu. ”Tapi belum ada penelitian yang membuktikan, apakah ada patahan gempa kemarin yang terkait dengan gunung api tersebut,” katanya.
Tapi, pekan lalu, dalam pertemuan dengan para pakar gempa dari dalam dan luar negeri di Istana Negara yang juga dihadiri Sekretaris Kabinet Dipo Alam dan Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi Surono, Ade sempat mempertanyakan seputar peningkatan aktivitas Marapi. ”Memang dikatakan Marapi statusnya waspada, tapi sudah masuk waspada plus, mendekati siaga. Karena hampir setiap hari, terjadi semburan asap dan debu vulkanik yang ke luar pun sangat tinggi. Maka, kami terus memantaunya 24 jam,” jelas Ade Edward.
Untuk itu, diperlukan berbagai persiapan guna menghadapi situasi tak terduga seperti jika Marapi tiba-tiba meletus, mengeluarkan awan panas dan magma. ”Maka, dari sekarang diperlukan persiapan awal seperti sosialisasi dan menyiapkan rambu titik-titik evakuasi. Semua itu butuh dana tak terduga, karena dana sekarang digunakan untuk program yang telah terprogram,” ujarnya. (nia/bis/fd/esg)
source: http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=13707
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment