17 August 2011

Nasionalisme Memudar, Korupsi Marak

DbClix

Kondisi RI Setelah 66 Tahun Merdeka di Mata Pejuang

66 tahun Indonesia merdeka, gagal menjadi jembatan emas untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa yang tertuang dalam konstitusi. Lepas dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang, kini malah dijajah bangsa sendiri yang berselingkuh dengan kekuatan asing.

Kegelisahan itu disampaikan mantan pejuang ‘45 yang saat ini memimpin Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), Haji Abdul Muluk Yusuf dan Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) 45, Jamaris Yunus secara terpisah kepada Padang Ekspres kemarin.

Bila dulu rakyat ditindas bangsa lain, kini justru oleh bangsa sendiri. Bila dulu dijajah secara fisik, kini serangan dilakukan dengan perang ekonomi. Kekayaan negara dihisap dan dirampas oleh tiga serangkai; penguasa, pengusaha dan politikus. Ketidakadilan terjadi di mana-mana, gurita korupsi menjadi-jadi, kekerasan meruyak di sana-sini.

“Penjajahan zaman sekarang lebih halus, itu sedang digencarkan bangsa asing yang bersekongkol dengan penguasa,” jelas Abdul Muluk.



Saat Proklamasi Soekarno-Hatta 66 tahun silam, , Abdul Muluk telah berusia 15 tahun. Ia telah menyaksikan dan merasakan betapa perihnya dijajah. Dia juga melihat dan merasakan perjuangan seluruh bangsa Indonesia, terutama di Sumatera Tengah (sebutan untuk wilayah Sumatera) memerangi musuh bermata sipit dengan senjata api canggih dilawan dengan potongan bambu runcing. Tidak sedikit sanak saudara, handai tolannya meregang nyawa untuk melawan Jepang kala itu.

“Kini, ternyata kita tetap masih dijajah. Tapi penjajahan kali ini lebih halus dan nyaris tak terlihat, tapi bisa kita rasakan kesengsaraannya,” ujarnya di kantornya kemarin. 66 tahun silam, dia telah bergabung di Tentara Pelajar Indonesia,

“Penjajahan sekarang antara lain di bidang ekonomi. Contoh kecil, berapa perusahaan besar yang mengambil hasil bumi bangsa Indonesia dan membawanya ke luar Indonesia. Bangsa kita hanya menonton dan diberi upah seperseribu bahkan sepersejuta keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil Bumi Pertiwi ini,” ujarnya gundah.

Neokolonialisme itu hampir terjadi di seluruh sektor. “Untuk itu, butuh perjuangan generasi muda sekarang, seperti Anda ini,” pesan Abdul Muluk.
Tapi, cita-cita pendiri bangsa tak sesuai harapan. Nasionalisme generasi muda justru memudar berganti pragmatis.

Pria kelahiran 10 Agustus 1930 itu, menilai, rakyat Indonesia saat ini hanya berjuang untuk kesejahteraan pribadi dan kelompok. Itu terlihat dengan mengguritanya kasus korupsi. “Itu akibat pudarnya rasa nasionalisme. Padahal ketika berjuang dulu, para pejuang ini hidup dari rakyat jelata. Banyak bantuan seperti persediaan makanan yang diberikan rakyat yang tidak berperang. Demi satu kata, merdeka!” tuturnya.

Senada dengan itu, Ketua Umum DHD 45 Sumbar, Jamaris Yunus mengakui, rasa nasionalisme bangsa Indonesia terkikis. Rasa kebangsaan meluntur. Contoh kecilnya, korupsi para petinggi negara hingga rakyat jelata.

Menurut pria kelahiran 25 November 1927 ini, penjajah saat ini justru bangsa sendiri. Demi kepentingan golongan dan individu, para penguasa menzalimi anak bangsanya sendiri akibat menipisnya nasionalisme.

“Di masa merebut kemerdekaan, di saat masih muda, bangsa Indonesia terutama masyarakat Minangkabau, tidak mengenal kepentingan individu. Seluruh komponen masyarakat bersatu, berjuang demi tujuan memberantas kebodohan dan kemiskinan dengan cara merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah,” jelasnya.

Jamaris tidak bisa menyalahkan pemerintah karena tidak berhasil mempertahankan rasa nasionalisme. Baginya, lunturnya rasa nasionalisme itu disebabkan tidak terbentuknya karakter masyarakat Indonesia.

Dalam masa merebut kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1945-1949, rasa nasionalisme dibutuhkan untuk mengusir penjajah dari republik ini. Saat ini juga dibutuhkan rasa nasionalisme untuk kembali pada tujuan perjuangan bangsa, yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa, memberikan rasa aman, tentram, dan nyaman bagi seluruh penduduk Indonesia.

Untuk itu, Jamaris mengimbau dan berharap pada momentum 17 Agustus 2011 ini, dijadikan titik balik berkobarnya rasa nasionalisme. Kebangkitan semangat nasionalisme bangsa Indonesia jilid II ini diharapkan bisa mengantarkan rakyat Indonesia lebih sejahtera. (e)

Sumber: Padang Ekspres


jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Baca selengkapnya ..